Tersebutlah ada seorang anak yang telah mulai tumbuh menjadi seorang remaja. Lintang, begitu orang sering memanggilnya. Walaupun hidupnya akrab dengan sebuah kekurangan yang teramat, namun tak sedikitpun menyurutkan semangatnya dalam menjalani setiap episode kehidupan yang harus dilaluinya. Lintang memang hidup dengan segala kekurangan yang ada. Dia menghabiskan waktu remajanya dengan menumpang di salah seorang saudaranya, hanya karena keinginanya yang menggebu untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Dia sadar betul bahwa kakek dan neneknya tak punya kuasa untuk mendukung pendidikan sampai ke sekolah lanjutan pertama. Apalagi jarak ke sekolah lanjutan pertama dari rumah neneknya terlampau jauh dan memerlukan ongkos transport yang lebih mahal. Sangat berbeda ceritanya saat Lintang memilih tinggal di rumah saudaranya, dia hanya perlu jalan kaki kurang lebih 4 kilometer untuk sampai ke salah satu SLTP negeri, sehingga jauh lebih hemat dan tak memerlukan ongkos sama sekali. Meskipun itu harus dibayar dengan menembus gelapnya hutan dan beberapa kampung lainya.
Lintang, sebenarnya tak berbeda jauh dengan para remaja lainya waktu itu. Hanya saja yang membedakan dengan para remaja lainya adalah semangat belajar dan ketabahan mentalnya dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan kedisiplinan dan keyakinan. Betapa tidak, seorang anak remaja yang pada umumnya sepulang sekolah tidur siang dan kemudian menghabiskan waktunya untuk bermain, namun berbeda dengan Lintang yang masih harus sibuk mencari kayu bakar, dan sesekali mengumpulkan rempah-rempah yang berjatuhan di hutan untuk dijualnya sebagai tambahan uang saku dan membayar iuran foto kopi di sekolahan. Dia melakukanya dengan penuh ketulusan, karena dia pun sadar betul bahwa Ibunya yang bekerja di kota tak memberikan anggaran untuk uang jajan.
Ketika hari minggu ataupun musim liburan tiba, Lintang memanfaatkan waktunya untuk berjualan dan mencari rempah yang berjatuhan di hutan untuk membeli buku dan alat tulis seadanya.
Jangan membayangkan Lintang memiliki kamus bahasa Inggris, ataupun buku pelajaran sebagi panduan dalam belajar, tas dan seragam yang dia pakai saja seadanya, sampai-sampai pernah suatu hari tasnya robek dan tak dapat dipakainya kembali sehingga terpaksa dia menenteng semua bukunya dengan tangan kecilnya. Seragam yang dimilikinya pun hanya beberapa potong, sehingga dia harus mencucinya sendiri sepulang sekolah agar esok dapat dipakai kembali. Sering dijumpai kaos kakinya turun kebawah karena karetnya telah kendur, dan robek pada bagian jempol kakinya yang menandakan kaos kakinya itu sudah tak layak pakai lagi. Sepatu yang dipakainya juga terlihat ada lubang-lubang di solnya, yang berarti sebenarnya juga sudah tidah layak pakai. Pernah suatu ketika dia tidak masuk sekolah karena sepatu, kaos kaki, buku, dan seragamnya basah semua lantaran dia hanyut terbawa arus banjir saat menyeberangi sungai sepulang sekolah.
Lintang, Remaja Kecil Dengan Sejuta Mimpi.
Lintang tak pernah mengeluh sama sekali dengan semua keadaan itu, walaupun dia menyadari bahwa hal itu teramat berbeda dengan beberapa teman-teman sekolahnya. Tak pernah menyurutkan semangat belajarnya sedikit pun, dengan segala kekurangan yang ada. Justru dengan semua itu, telah menjadikan semangat dan tambahan energi bagi Lintang untuk terus belajar dengan tekun, penuh kedisiplinan tinggi, dan ketabahan hati demi masa depan yang lebih cerah lagi. Itu terbukti dengan prestasi membanggakan yang telah diraihnya. Dia adalah siswa teladan di sekolah itu, dia menjadi juara umum selama 3 tahun berturut-turut. Sehingga Lintang pun mendapat beasiswa dari sekolah , dan berhak atas beasiswa dari pemerintah daerah.
Sebuah prestasi yang membanggakan bagi seorang Lintang, yang hidup dengan segala keminiman fasilitas. Sebuah perjuangan yang tidak mudah bagi seorang remaja kecil tanpa dukungan dan support dari orang tuanya. Tanpa bermaksud untuk menyalahkan keadaan dan orang tua. Tapi inilah sebuah makna hidup yang sesungguhnya. Sebuah bentuk kasih sayang Tuhan yang telah membentuk karakter Lintang. Setiap perjuangan pasti akan terbayarkan dengan sebuah prestasi. Dan ternyata Lintang adalah seorang pejuang kecil yang pantang menyerah, demi sebuah prestasi dan masa depan yang cerah. Hal ini terlihat disela-sela aktifitasnya di kebun dia sering terlihat sibuk membaca lembaran kecil, yang ternyata itu adalah rangkuman pelajaran yang selalu melekat di kantong celananya yang kumal.
Semoga dengan cerita diatas dapat memotivasi seluruh generasi muda untuk tetap semangat dalam menuntut ilmu, rajin belajar, pantang menyerah dengan setiap kekurangan, dengan penuh kedisiplinan dan keteguhan hati seperti halnya Lintang, demi masa depan yang lebih cerah. Bukan kah Tuhan takkan merubah nasib suatu kaum selama bukan kaum itu sendiri yang merubahnya..?.
Semoga dengan tulisan ini juga dapat menginspirasi kita semua untuk dapat lebih peduli terhadap sesama, terutama para generasi muda yang memiliki semangat belajar dan ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi.
Lintang, Remaja Kecil Dengan Sejuta Mimpi.
Untuk mengetahui lebih lagi tentang kegiatan motivasi kami bagi generasi penerus bangsa silahkan klik link ini ,Hypnotist & Hypnotherapist Rohmat Waluyo Semarang.
No comments:
Post a Comment